Para Aristokrat
Saat itu aku masih sangat kecil, lugu, tak berdosa
Masih berada di dalam rahim ibuku yang amat tipis
Ketika itu aku masih belum mengerti tentang apa-apa
Pendidikan, sosial, politik, ekonomi, sedih,
bahagiapun aku belum merasakannya
Hanya mampu bernafas, bergerak, merasakan apa yang
ibuku rasakan
Kakiku mulai menendang, tanganku mulai meracau tak
karuan
Hingga aku menangis di hadapan orang-orang yang tak ku
kenali
Aku hidup hanya bersama ibuku yang selalu ingin
menuntut keadilan
Dimasa-masa kecilku dulu aku sering melihat
orang-orang yang terlantarkan
Bahkan ibuku berargumen di hadapan para bangsawan demi
orang yang tak dikenalnya
Tak seorangpun menghiraukan ibuku, bahkan para
aristokratis mentertawakannya
Politik di
dunia ini sangatlah kejam, membuat ibuku mencari jarum dalam tumpukan jerami
Bahkan ibuku pergi meninggalkan diriku dalam bumi yang
gersang dan gelap ini
Waktu terus berjalan, kini aku berumur 14 tahun
Aku mencoba mengerti dan terjun dalam dunia ibuku dulu
Memberanikan diriku berperang dalam halimun yang kejam
Sekumpulan
orang berusaha menyaraukan diriku dan mengucilkanku dalam persekutuan
Aku tidak menghiraukannya dan semua itu aku anggap
sampah yang baru ku buang
Setiap bangsawan yang ku temui selalu mengutarakan
janji-janji palsunya
Sedangkan diriku trauma akan segala janji yang ku buat
Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, bertahun-tahun
aku memikirkan
Hanya sebuah kalimat dengan kata-kata yang tak begitu indah
Itu adalah “Jangan
pernah membuat janji jika kau tak bisa menepatinya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar